Catatan dan Goresan Masrizal

Catatan dan Goresan Masrizal

Senin, 03 Januari 2011

Grow with Character (12/100) Series by Hermawan Kartajaya

MENYAMBUNG cerita kemarin, seminar Teori Z bersama Pak Ciputra di Surabaya akhirnya sukses. Di dalam se­minar tersebut, Pak Ci menjelaskan bah­wa Teori Z pada dasarnya pas de­ngan situasi Indonesia yang "kekeluar­gaan". Karena itu, Jaya Group, PT Pem­bangunan Jaya khususnya, menerap­kannya dengan maksimal. Tentunya ada modifikasi di sana-sini sesuai de­ngan keadaan.

Memperhatikan gaya bicara Pak Ci, sa­ya belajar bahwa tugas seorang lea­der, antara lain, bisa "menjual" ide-ide­nya. Kalau tidak bisa melakukan itu, dia akan bekerja sendirian. Tidak ada yang mau ngikut. Nah, kalau sudah be­gitu, ya namanya bukan leader. Seorang leader mutlak harus punya follower.

Untuk membuat orang lain "ngikut", ya dia mesti bisa meyakinkan follower-nya bahwa cara yang ditempuhnya benar untuk mencapai tujuan. Apalagi, seorang leader punya kesempatan untuk melihat situasi "dari atas". Karena itu, diharapkan bisa memberikan arahan yang benar.

Pak Ci, dengan gayanya yang khas wak­tu itu, bahkan mengatakan bahwa Teori Z akan membuat sebuah perusaha­an "profesional" bisa bekerja seperti per­usahaan "family". Sebab, diharapkan karyawan lebih punya sense of ownership pada perusahaan. Bukan hanya loyal pada profesi atau fungsinya.

Di situlah saya juga mendengar bagaimana Pak Ci bicara tentang intrapreneurship. Kalau Anda bekerja seba­gai seorang profesional tapi punya ra­sa memiliki yang tinggi, Anda adalah intrapreneur. Selanjutnya, kita sama-sama tahu kan bahwa Pak Ci adalah orang yang terus mendorong semangat entrepreneurship di Indonesia. Be­liau selalu mendorong orang lain punya se­mangat seperti itu.

Terus terang, itulah seminar publik yang membuat saya punya kesempatan bi­cara sepanggung dengan "orang besar" seperti Pak Ci. Tapi, tidak terlalu "de­mam panggung" karena dilakukan di "kandang sendiri", yaitu Surabaya.

Waktu itu, buat saya, Jakarta masih "me­ngerikan". Maklum, orang kampung dari kota keenam di Indonesia sesudah Jakarta Pusat, Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Seminar itu sendiri kemudian menjadi platform saya untuk "memasarkan diri" kepada Pak Ciputra. Selesai seminar, dia bilang terkesan dengan presentasi saya. Dan, Pak Ci selanjutnya minta saya menghubungi beliau di Jakarta.

Nah, semuanya mulai lancar kan? Setelah saya ingat-ingat lagi, ternyata, seminar pertama bersama Pak Ci itu memang bukan waktu saya di Sampoerna, tapi ketika saya masih jadi general manager (GM) marketing PT Panggung Electronic Industries. Dengan demikian, kejadiannya jelas bukan 21 tahun lalu, tapi malah 24 tahun lalu!

Pertemuan kedua saya dengan Pak Ci terjadi sebulan sesudah seminar di kantornya di Jakarta. Akhirnya, saya bertemu muka dengan sekretaris Pak Ciputra yang dulu "membantu" saya via telepon.

Pak Ci mengatakan kepada saya bahwa saya mempunyai bakat entrepreneurship. Sambil makan siang di top floor Jaya Building Jakarta di Jalan Sudirman, saya lantas diceritain macam-macam tentang bisnisnya. Di antaranya, tentang perusahaan-perusahaan hasil kongsi dengan Pak Anthony Salim. Pak Ci bahkan sempat mengatur pertemuan saya de­ngan Pak Anthon (Anthony Salim, Red).

Beberapa kali pertemuan berlangsung dengan Pak Ci untuk mendiskusikan kemungkinan saya menjadi direktur sebuah perusahaan hasil joint venture-nya dengan Pak Anthon. Pada saat yang sama, saya juga menjajaki untuk masuk Sampoerna. Akhirnya, ketika saya lapor kepada beliau bahwa saya pindah ke Sampoerna, Pak Ci sempat ''menyayangkan''. Takut entrepreneurship saya kurang berkembang.

Tapi, akhirnya, ketika saya memutuskan untuk membuka MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990, Pak Ci mengatakan: ''Nah, inilah baru Hermawan Kartajaya yang sebenarnya...Anda pasti sukses!''

Kenapa cerita ini saya review? Sebab, saya belajar dari Ciputra tentang bagaimana ''memasarkan diri" secara entrepreneurial. (el)

Tidak ada komentar: